2023 bisa menjadi awal mula untuk memulai hal yang ingin kita tanpa perlu merasa takut lagi. Aku akan cerita tentang perjuanganku untuk berhenti menjadi pribadi yang ‘nggak enakan’ menjadi orang yang berani menolak dengan tegas.
Kadang kita pingin sekali berubah, karena pasti rasanya capek harus memenuhi keinginan orang lain dan menyembunyikan apa yang kita inginkan. Tidak tahu harus mulai darimana, atau tidak berani memulainya.
Daftar Isi Artikel
Endorse Produk
Bermula dari 2 tahun lalu, aku membuat status mencari siapa saja yang mau kaos gratis dari toko onlineku dengan barter cukup mention akun sosmed toko onlineku. Akhirnya ada beberapa orang yang bersedia melakukannya. Aku pun waktu itu cukup senang. Walaupun feedbacknya nggak pengaruh dengan engagement akun sosmed toko onlineku saat itu. Bagiku ya gak masalah, anggap aja sedekah.
Lalu beberapa bulan setelahnya, seorang blogger dengan followers belasan ribu meminta toko onlineku menjadi sponsor acara ultah anaknya. Okelah saya kabulkan. Satu set family t-shirt aku kirimkan gratis untuknya. Acaranya sukses, akun sosmed tokoku juga dimention, tapi lagi-lagi tidak banyak perubahan terhadap engagement dan direct sales ke tokoku.
Tahun depannya juga sama. Blogger tersebut juga minta produk gratis untuk support acara ultah anaknya. Aku sih iya, iya aja. Namun tahun lalu saat blogger tersebut meminta lagi untuk support produk, aku mengatakan tidak bisa. Kalau mau, dia aku berikan diskon harga produksi saja tanpa mengambil keuntungan. Karena jujur, aku sudah nggak ada budget untuk endorse influencer.
Daripada endorse influencer yang feedbacknya nggak bagus, lebih baik uangnya aku alihkan untuk beriklan di marketplace tempat tokoku berada. Beriklan dengan jumlah yang sama sudah jelas untung dan balik modal. Kalau untuk engagement, buat apa? Akun sosmed toko onlineku juga udah dibanned, jadi aku lebih fokus ke direct selling daripada banyak2an followers.
Tahun ini ketika blogger tersebut meminta support untuk membuatkan produk untuk acara sekolah anaknya, dengan tegas aku berkata, “Maaf, nggak dulu.”
Butuh bertahun-tahun untuk mengambil keputusan itu. Ya, itu juga karena aku terdesak akibat profit jualan yang nggak begitu bagus beberapa bulan ini. Mungkin kalau penjualanku masih sebagus tahun-tahun lalu, aku akan terus support blogger tersebut.
Sebegitu susah kah micro influencer untuk support small business dengan membeli produk mereka?
Sumbangan Ramadhan
Seperti biasa, menjelang bulan Ramadhan sudah mulai banyak sumbangan-sumbangan berdatangan. Mulai dari lingkungan tempat tinggal, yayasan, sekolah anak, kantor suami, dll. Begitu pula dengan lingkungan tempat tinggalku. Tetua RW ingin mengadakan santunan ke beberapa panti asuhan di lingkungan sekitar, dan itu membutuhkan biaya yang banyak. Oleh karena itu warna diminta berpartisipasi.
Aku pun tidak luput dari japri panitia yang meminta sumbangan.
Lalu ketika aku bertanya, “50.000 boleh mba?”.
Beliau menjawab, “Lempengin 100 lha mba”
Daripada menulis nominal uang yang disumbang, lebih bijak menulis nama orang yang menyumbang saja tanpa nominal. Orang yang cuma punya uang 50.000 mau nyumbang kan akhirnya jiper duluan lihat nominal orang-orang pada nyumbang 500rb, 300rb, 100rb.
Tujuan mengapa nominalnya yang disebutkan agar orang-orang merasa ‘panas’ dan berlomba-lomba gede-gedean menyumbang.
Masalahnya bulan ini banyak yang minta sumbangan. 100rb dikali 10 tempat saja sudah 1 juta rupiah. THR belum keluar, uang sudah habis. Kasihan orangtua dan diri sendiri nanti tidak kebagian.
Kalau dengan alasan, “Kan nyumbangnya setahun sekali, jadi gpp kalau banyak. Mumpung bulan Ramadhan, pahalanya dilipatgandakan.”
Yaa.. Anda salah. Anda kan tidak tahu kondisi keuangannya seperti apa, nggak tahu orang tersebut sedekah dimana aja, dll.
Akhirnya dengan tegas aku berkata..
“Maaf mbak kalau 100 ribu nggak dulu. Masih banyak kebutuhan.”
Suamiku menyarankan agar aku menjelaskan kepada panitia dengan alasan diplomatis bahwa sudah menyumbang di sini sana juga. Tapi aku nggak mau bertele-tele. Cukup katakan tidak. TITIK.
Tadinya kalau dibolehin nyumbang 50rb, aku mau ambil dari uang arisan yang rencananya akan kudapatkan sabtu besok. Ternyata memang minimalnya adalah 100rb, ya sudah nggak jadi. Daripada aku nyumbang bukannya jadi pahala karena nggak ikhlas, lebih baik nggak usah.
Terbukti niatku nyumbang 50ribu ditolak oleh panitia, karena mungkin panitia nggak mau merusak list daftar uang yang sudah bagus dengan angka 50.000. Karena berbahaya, apabila ada sekali yang nyumbang 50rb dan dilihat oleh orang lain, pasti yang lainnya juga ikutan nyumbang 50rb. Karena berfikir, “ah.. nyumbang 50 ribu gpp kok. ngapain 500rb?”
Tips Menolak dengan Berkata TIDAK
Orang Indonesia adalah orang paling nggak enakan diantara negara-negara lain. Kita cenderung memikirkan apa kata orang dibandingkan memikirkan perasaan sendiri. Ada sisi baiknya, tetapi jika dilakukan terus-menerus ya tentu saja akan merugikan diri sendiri.
Berikut tips agar berani berkata TIDAK dan BERHENTI jadi orang YANG NGGAK ENAKAN.
Langsung berkata MAAF TIDAK DULU tanpa perlu disertai alasan.
Ketika menolak secara langsung (face to face). Langsung angkat tangan dan katakan, “Maaf mbak/mas/pak/bu tidak dulu.” dan jangan berikan alasan apapun setelahnya.
Memberikan penjelasan kenapa kamu seperti itu hanya akan menjadi boomerang buatmu. Karena akan selalu ada alasan untuk dipatahkan oleh lawan bicaramu. Jadi, sudahi percakapan dan langsung katakan TIDAK tanpa embel-embel kalimat lain.
Pun ketika menolak melalui telepon (ketika ditawari sales kartu kredit, KTA, pinjol, atau asuransi, dll) katakan tidak dan sudahi percakapan. Jika mereka masih tidak mau menyerah, kamu berhak kok mematikan telpon secara sepihak.
TIDAK TERSENYUM setelah menolak.
Tersenyum hanya akan membuatmu tampak KURANG TEGAS dan seakan memberikan ijin bagi orang lain untuk melanjutkan obrolan. Dengan tidak tersenyum, lawan bicara akan segan dan tentunya tidak akan mengganggumu lagi.
Ketika menolak melalui pesan chat, jangan berikan emoji SMILE seperti ini setelah tanda maaf. Hal ini menandakan kamu tidak serius dan sedang mengolok-olok. Mungkin maksudmu hanya ingin bersifat ramah karena nggak enak karena sudah menolak.
Tidak.. tidak.. jangan lakukan itu. Jangan berasumsi seperti itu. Bukan masalahmu apabila perasaannya menjadi tidak enak. Pikirkan perasaanmu juga, bahwa kamu juga tidak nyaman dengan tawarannya.
Selama kamu masih tersenyum dikondisi kamu harus bersikap tegas, maka kamu akan menjadi orang yang nggak enakan seumur hidup.
Jika lawan bicaramu merasa nggak enak, itu urusannya bagaimana dia memanajemen perasaannya. Karena setiap tawaran yang dilakukan selalu ada resiko diterima atau ditolak. Jangan pernah merasa jadi orang yang harus selalu bertanggung jawab untuk semua perasaan orang lain.
Kesimpulan
Tips tadi juga berlaku untuk menolak cowok/cewek yang nembak kita ya, hehe.. intinya jika benar-benar ingin menolak, lakukan dengan benar jangan sampai memberi harapan palsu pada orang lain karena perasaan ‘nggak enakan’.
2 comments
Wah, ada ya blogger yang minta barang gratisan gitu
Benar mbak, jangan sampai karena nggak enakan kita jadi repot sendiri
Cukup berani bilang tidak saja
Kalau dibilangin baik-baik pasti orangnya juga akan mengerti ya
Waah iyaa kadang ada panitia yang minta donasi dengan minimal tertentu. Memang harus belajar tegas berani nolak, apalagi menjelang Ramadan gini banyak proposal yang mulai masuk ke chat WA. Kalo nggak ada minimal aja, misal ada 10 panitia udah bisa dihitung dan dikalikan ya, 50rbx 10, udah 500 rb. Aku donasi juga lihat sikon, nggak mau karena dipaksa. Mending sedikit tapi ikhlas, bukan buat gegayaan karena panas lihat donatur lainnya di atas 200rb misalnya, hehehe
Comments are closed.