Paracetamol vs Ibuprofen, Obat Penurun Demam Ampuh untuk Anakku

Paracetamol vs Ibuprofen – Anakku jarang berobat ke dokter spesialis anak dan diberikan obat keras. Jika selama 3 hari demam tidak kunjung turun, biasanya dokter klinik tempat aku membawa anakku berobat memberikan antibiotik dan puyer racikan. Aku paling benci kalau dokter sudah meresepkan antibiotik, apalagi untuk anak 1 tahun.

Walaupun cuma demam, sakit batuk dan pilek biasa, tapi anakku sepertinya merasakan kesakitan yang luar biasa. Wajar sih, namanya demam pasti badan rasanya sakit semua. Jadi setiap kali sakit, pasti heboh. Anakku itu kuat nangis. Mulai jam 11 malam hingga 4 pagi dia menangis terus nggak berhenti, dia bisa tahan nggak tidur semalaman! Akibatnya, aku jadi emosi, kesal dan kurang tidur juga.

Biasanya kalau kita minum paracetamol, beberapa belas menit kemudian panasnya turun kan? Nah, ketika anakku minum paracetamol sesuai dengan dosis yang diberikan dokter (dosis menurut berat badan anak), panas badannya akan turun setelah 2 jam. Setelah itu ya badannya kembali panas lagi. Jadi kalau sudah terkena demam, dalam 1 hari bisa 4x minum obat penurun panas.

Seiring bertambahnya usia, aku ngerasa parasetamol udah nggak mempan lagi buat anakku ini. Aku sampai tanya ke beberapa dokter dan apoterker, ada nggak sih obat turun demam yang bisa bikin ngantuk dan tidur anak? Aku hanya ingin setelah anakku minum obat, panasnya turun dan dia bisa istirahat.

Mencoba Ibuprofen

Setelah mencari cukup banyak informasi di internet, akhirnya suamiku setuju untuk mencoba memberikan ibuprofen pada anakku. Obat turun panas / demam yang kami beli mengandung ibuprofen adalah proris. Kami beli obat tersebut di apotek dekat rumah.

Paracetamol vs Ibuprofen

paracetamol vs ibuprofen

Setelah imunisasi difteri yang kedua, anakku demam. Padahal kakaknya setelah diimunisasi pada hari dan jam yang bersamaan tidak demam. Aku pikir, pasti anakku sedang tidak sehat. Benar saja, ternyata malamnya mulai menunjukkan tanda-tanda mau pilek.

Langkah pertama ketika aku tahu suhu tubuhnya diatas 38 derajat celcius adalah dengan mengompresnya dengan air hangat dan memberikan paracetamol. Paracetamol yang paling sering aku gunakan adalah punyanya sanmol. Setelah 2 kali minum paracetamol, panasnya belum juga turun.

Puncaknya adalah pukul setengah 2 malam dimana anakku sudah mulai menangis nggak nyaman (dan biasanya sampai pagi). Aku memutuskan untuk memberikannya ibuprofen. Dosisnya setengah dari dosis paracetamol yang biasa aku berikan, sekitar 2,5 ml. Setelah 15 menit suhu tubuhnya menurun, keringat keluar dan anakku bisa tidur nyenyak sampai pagi. Alhamdulillah.

Besok pagi anakku sudah sehat, tinggal pileknya aja. Bisalah aku sembuhkan walau tanpa obat, asalkan anakku sudah nggak demam lagi, cukup istirahat, banyak minum dan banyak makan.

Kesimpulan

Ternyata benar, anakku harus minum obat penurun demam yang kandungannya ibuprofen. Mungkin anakku mengeluh rasa sakit yang nggak bisa dia katakan dimana letaknya, sehingga dia hanya bisa menangis. Dengan obat yang ada kandungan ibuprofen itu dapat meredakan peradangan atau nyeri yang dia rasakan.

Berbeda dengan adiknya. Anakku yang pertama, kakaknya yang sekarang berusia 6 tahun, masih tetap setia mengunakan paracetamol. Cukup dengan 1x minum biasanya demam si kakak sudah turun dan ceria kembali. Aku sendiri (dewasa) kalau demam atau sakit kepala biasanya cuma minum paracetamol yang 250mg saja.

Ibuprofen tidak boleh digunakan untuk anak dibawah 1 tahun lho ya. Dokter juga lebih menyarankan untuk menggunakan paracetamol terlebih dulu.

Itu aja pengalamanku tentang Paracetamol vs Ibuprofen, Obat Penurun Demam Ampuh untuk Anakku yang berusia 2 tahun. Semoga membantu ya buat teman-teman yang juga anakknya sedang demam tetapi tidak kunjung turun demamnya. Jangan panik, mungkin saja obatnya yang sudah nggak cocok. Konsultasi dulu ke dokter sangat dianjurkan untuk hal ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like