Sejarah dan Asal Mula Nama Pedagang Kaki Lima

Ada yg tau nggak sejarah kenapa pedagang yg berjualan di trotoar, di jalanan disebut pedagang kaki lima ?

Di suatu perjalanan di hari Minggu pagi, saya dan keluarga melihat banyak sekali pedagang kaki lima di sepanjang jalan Tugu Pahlawan Surabaya, kumpulan pedagang itu seolah-olah menjadikan tempat tersebut ‘Pasar Kaget’, atau pasar yang terbentuk secara tiba-tiba, bukan pasar permanen seperti pasar wonokromo, pasar kapasan, pasar turi, pasar pacar keling, dll.

Tiba-tiba papa saya bertanya,

“Tau nggak kenapa pedagang-pedagang itu disebut pedagang kaki lima?”

Saya dan mama pun mencoba menjawab.

“Ya karena mejanya yang dipakai jualan kan ada 4 buah, terus ditambah yang jualan ada satu kaki (sepasang), jadinya dijumlah ada 5. Makanya namanya kaki lima”, kata mama saya.

“Salah.. bukan itu”, bantah papa.

“Oh, mungkin karena gerobak pedagangnya kakinya ada tiga (roda dua dan satu kaki penahan yang dari kayu biasanya didepan), ditambah dua kaki si penjualnya, makanya namanya kaki lima”, giliran saya yang menjawab.

“Bukan itu juga… Apa? Nyerah?”, kata papa.

Lalu papa pun menjelaskan..

Sejarah Pedangang Kali Lima

Asal kata kaki lima atau biasa disebut pedagang kaki lima atau disingkat dengan PKL itu berasal dari luar negri. Trotoar di luar negri itu lebarnya 5 feet atau 5 kaki. Ukuran feet atau kaki itu memang ukurannya yang banyak dipakai di luar negri, contoh Amerika, Australia. Kalau di Indonesia kan ukuran bakunya yang sering digunakan adalah Meter.

Nah.. sebutan 5 feet itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akhirnya menjadi “Kaki Lima”. Sehingga pedagang-pedagang yang berjualan di trotoar disebut pedagang kaki lima. Apa benar lebar trotoar di Indonesia itu 5 feet? Silahkan kamu ukur sendiri ya, hehe.

Lucu ya? Tapi itulah sejarahnya…

Untuk lebih jelasnya bisa dibaca di Wikipedia tentang Pedagang Kaki Lima.

Oh ya, satu lagi.

Pedagang Kaki Lima di Trotoar

Apa beda Trotoar di Indonesia dengan Trotoar di Luar Negri?

Yup.. trotoar di luar negri dipakai untuk jalan-jalan, sedangkan trotoar di Indonesia dipakai untuk jualan-jualan.

Ya itu, dipakai jualan oleh pedagang kaki lima, atau 5 feet. Hehehe…

Tapi sekarang orang tidak hanya memakai trotoar untuk berjualan, bahkan sampai memakai separuh dari jalan untuk menggelar dagangannya. Sungguh memprihatinkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like