Pengemis Beramplop di ATM dan Mini Market

Postingan pengemis beramplop ini bukan untuk melukai atau meyinggung siapapun, ini hanya unek-unek semata yang ingin dikeluarkan melalui tulisan. Aku cuma melihat orang-orang yang meminta sumbangan dengan cara ‘halus’ yaitu memberikan amplop.

Dua hari lalu, aku dan suami pergi ke mini market dekat rumah karena di dalam mini market itu ada ATM Mandiri. Yaps, aku mau mengambil uang gaji untuk dibelikan kebutuhan bulanan rumah tangga. Dari jauh aku sudah melihat ada seorang pria membaya map berdiri di depan pintu mini market. sewaktu suami aku akan masuk ke mini market itu, si pria itu mengeluarkan amplop dan memberikannya kepada suamiku. Suamiku menolak dan langsung masuk ke mini market.

Aku menyebut pria itu sberamplop, kenapa? Karena model meminta sumbangan seperti itu sama saja seperti mengemis kepada orang lain tetapi jauh lebih sopan karena menggunakan amplop dan tidak mengadahkan tangan seperti peminta-minta.

pengemis beramplop

Ada beberapa orang yang menganggap ‘tugas’ meminta sumbangan untuk pesantrennya atau panti asuhannya itu adalah pekerjaan juga, masuk surga, halal nan mulia.

Pengemis Beramplop

Selain di mini market, pengemis beramplop itu juga biasanya mangkal di dekat ATM. Pintarnya, mereka berakhis setiap awal bulan, terutama tanggal 30, 31, 1 hingga minggu pertama karyawan yang bekerja gajian. Mengapa? Karena banyak orang yang sudah terima gaji, sedang mengambil uang di ATM. Kalau yang di mini market, awal bulan biasanya banyak orang yang ke mini market (seperti indomart, alfamart, alfa midi, dll) untuk belanja bulanan, sehingga pasti mini market ramai dikunjungi. Ini trik pintar atau licik ya?

Jadi secara tidak langsung mereka ‘memaksa’ orang untuk infaq. Padahal kalo memakai amplop itu orang akan minimal ngasi uang kertas, minimal Rp 1000, karena pecahan uang kertas paling kecil sekarang Rp 1000. Coba kalau masih ada pecahan uang Rp 100 rupiah atau Rp 500 uang monyet seperti dulu. Bayangkan saja jika sehari dia dapat minimal 100 orang yang memberi sumbangan, sehari sudah mengantongi Rp 100.000. Padahal gak semua orang ngasi Rp 1000, ada yang ngasi Rp 5000 ada juga yang ngasi Rp 10.000.

Pasti kamu sudah pernah mengalami sebelumnya, bagi yang belum tahu pasti akan menerima saja amplop itu. Saya pun sebenarnya agak sebal, pada saat antri di ATM belum apa-apa, uang juga belum diambil eh sudah disodori amplop. Kalau saya sedang baik hati, suasana hati sedang bahagia, dan ada uang lebih, saya biasanya mengambil amplop itu dan memberikan uang setelah saya keluar dari ATM. Tetapi jika lagi kesal dengan pengemis beramplop itu, ada dua kemungkinan. Saya tetap mengambil amplop itu dan tidak mengisinya dengan uang, atau kalau lagi terburu-buru ya saya langsung menolak amplop itu.

Paling extrem ya tetep ngambil amplopnya dan menulis memo “Lain kali jangan ngemis ya..”, memo tersebut dimasukan ke dalam amplop dan dikembalikan ke orangnya. Hehehe.. kalau cara ke-3 itu terlalu extrem, jangan ditiru ya :) Kadang setelah menerima amplop itu, trus keluar dari mini market lupa dikembalikan, akhirnya terbawa sampai pulang ke rumah, hehe..

Sebenarnya, daripada mereka ‘mengemis’ seperti itu, ada baiknya mencontoh pesantren-pesantren yang lebih terhormat. Salah satunya pesantren favoritku, istiqomah. Mereka membuka usaha untuk mencari dana bagi pesantrennya, salah satunya adalah usaha jual beli kambing untuk aqiqah. Trus menjual hasil karya handmade anak-anak pesantren sebagai cindera mata bagi donatur, sehingga tidak semata-mata meminta sumbangan dengan kasar. Nggak seperti ‘pengemis’ beramplop itu.

Bahkan di suatu vihara di Blitar, mereka membuat DVD ceramah bhante kemudian bagi donatur yang menyumbangkan dananya, maka DVD itu akan diberikan, sebagai timbal balik dan ucapan terima kasih. Jadi nggak semata-mata meminta kepada umat.

Miris memang, pengemis beramplop ini jadi memperburuk citra Islam saja di mata pemeluk agama lain :(

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like